
Mei, hari 27 tahun 2006 Jogjakarta dikagetkan dengan gempa bumi tektonik berkekuatan 5,6 SR. Bumi jogja bergetar keras kurang lebih 10 detik. Gempa tersebut linier naik dengan getaran yang sangat keras, diikuti setelahnya dengan gempa gempa susulan yang kekuatannya menurun, namun berlangsung sangat lama +/- 5 s/d 6 bulan gempa susulan masih terjadi. Saat itu 27 mei, kami sekeluarga sedang cuti dan berlibur ke Jogja untuk menengok orang tua. Pada hari ke-2 cuti kami, kami tinggal di rumah mertua di Jl. Magelang Km 9, isteri beserta anak-anak tinggal disana. Saya kebetulan ada keperluan ke rumah orang tua, sehingga pada tanggal tersebut saya tidur dirumah orang tua, di Jl. Kol sugiyono (Keparakan Kidul). Malam hari saya berdiskusi dengan orang tua dan 2 orang adik saya. Pagi hari setelah sholat subuh saya lanjutkan diskusi dengan adik bungsu saya di kamar. Bapak saya, sedang bersih-bersih rumah dan Ibu saya sedang masak di dapur. Adik ke-2 saya sedang santai nonton berita TV. Saat itu kurang lebih jam setengah 6 pagi kami dikejutkan dengan getaran gempa yang sangat keras lebih kurang selama 10 detik. Semua perabot rumah bergetar, sehingga kami berhamburan lari ke luar rumah. Saya, adik bungsu saya, Ayah, dan Adik ke-2 langsung lari keluar. Ternyata pagar rumah tidak kuat menahan getaran gempa sehingga saat kami lewat langsung roboh, dan adik bungsu kami kejatuhan reruntuhan pada kaki, sehingga mengalami luka ringan. Saat kami berada di luar rumah gempa susulan masih berlangsung dengan intensitas menurun. Kami langsung berkumpul, kebetulan ibu kami masih berada di dapur, langsung kami jemput untuk keluar rumah. Sambil berdo'a kami masuk dapur yang sudah terkena reruntuhan pagar, kami ajak ibu saya untuk keluar. Sumur kami yang kebetulan pakai sumur Bor, air langsung muncrat keluar berisi tanah lumpur, sehingga dapur menggenang. Kami cek sebentar, kompor yang masih menyala langsung kami matikan dan listrikpun kami matikan juga. Setelah diluar kami cek sebentar, ternyata semua sudut rumah dan tempat-2 tumpuan atap mengalami retak parah, kondisi rumah kami sudah miring, dan hampir roboh. Kami cek di dalam rumah, 3 buah almari roboh dan barang-2 berhamburan semua, barang pecah belah banyak yang hancur, tetapi beberapa masih baik dan masih berfungsi. Semula kami berpikir bahwa gempa adalah vulkanik akibat aktifitas merapi, sehingga saya khawatir dengan isteri dan anak-2 saya di jl. magelang. Saya langsung mengajak orang tua dan adik-saya untuk berkumpul di jalan raya yang cukup luas, karena daerah kami perumahan sangat padat dan banyak sekali rumah yang roboh. Ternyata semua orang sudah berkumpul di jalan raya dengan kepanikan yang tinggi, ada banyak orang yang mengalami luka-2 ringan ataupun berat langsung dibawa ke Puskesmas dekat kampung kami. Ternyata puskesmas sudah penuh pasien, sehingga beberapa orang tetangga yang terluka antri untuk mendapatkan pengobatan. Saya titip kepada adik saya untuk menjaga orang tua dan rumah, saya langsung mengajak keponakan untuk menuju jl. Magelang. Disepanjang perjalanan kami jumpai rumah-2 banyak yang roboh ataupun retak, orang-2 pada berkumpul, dan saling menolong para korban.... sungguh pemandangan yang sangat memilukan. Sesampai di Jl. Magelang ternyata tidak ada kerusakan walaupun gempa terasa cukup kuat. Setelah mendapat kepastian keselamatan Isteri dan anak-2 saya, saya titipkan mereka kepada mertua,kemudian saya pergi lagi ke jl. kol sughiyono, disepanjang perjalananan ternyata ramai, macet. Orang orang pada ngungsi dan ada isyu datangnya tsunami dari pantai selatan. Berkaitan isyu itu saya langsung tidak percaya karena jarak ke pantai jauh +/- 30 km, sehingga kami tidak panik. Sesampai di keparakan kami langsung mengajak ayah dan adik ke2 saya ke saudara di Pleret, ternyata sesampai disana hampir semua rumah roboh, dan disepanjang perjalanan semakin keselatan kerusakan makin parah. Banyak korban yang meninggal, dirumah saudara kami beberapa orang meninggal. Saudara kami yang selamat langsung membantu saudara lain yang terluka ataupun yang meninggal untuk mengurus jenazahnya. Sungguh pemandangan yang memilukan dan tidak akan terlupakan bagi saya. Dari Pleret saiang kami ke keparakan lagi dan mendapatkan kabar, saudar kami di Imogiri juga demikian, rumah-2 pada hancur bahkan kami kehilangan beberapa kerabat dekat yang meninggal. Hari ke tiga saya ajak keluarga saya kembali ke Madiun, dan saya serahkan anak-2 pada isteri saya, kemudian saya balik lagi ke Jogja untuk membantu saudara-2 saya yang memerlukan pertolongan. Kurang lebioh 1 minggu listrik PLN mati, PAM air tidak mengalir, Kami bahu membahu untuk saling memberikan pertolongan. Dalam renmtang waktu tsb, sungguh selain kesedihan kami juga banyak melihat keindahan saudara-2 kami yang dengan tulus dan sukarela membantu saudara lainnya. Kini sudah 11 bulan berlangsung, sudah ada perbaikan kerusakan akibat gempa, ternyata ada juga korban yang kurang mendapatkan perhatian. Semoga hal ini menjadikan hikmah bagi kita semua, peringatan Alloh bagi hamba-2nya yang beriman..... semoga kami diberikan ketabahan dalam menghadapi cobaan, amin.