Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) yang akrab dipanggil dengan Buya Hamka (1908-1981) adalah tokoh yang dikenal cukup luas secara nasional, regional, bahkan internasional. Deliau dikenal sebagai pribadi lembut namun berkarakter, sosok halus tapi berprinsip, dan tokoh modernis yang kharismatik. Dakwahnya sejuk menyirami dahaga spiritual umat. Acara dakwahnya di radio dan televisi (TVRI saat itu) selalu ditunggu jutaan orang. Pada tanggal 16 Pebruari 2008, genap seratus tahun hari kelahiran Buya Hamka (16 Pebruari 1908). Beliau wafat 27 tahun yang lalu, tepatnya 24 Juli 1981. Hasil perjuangannya dapat dirasakan oleh umat Islam secara luas. Dalam kesibukannya yang luar biasa, Buya Hamka secara produktif aktif menulis dalam bentuk artikel, kolom, makalah, dan buku. Sosok yang secara formal tidak pernah sekolah, dengan otodidak yang ketat, mampu menulis apa saja. Dia menulis tentang sejarah, tafsir, hadis, tasawuf, bahasa, hingga sastra. Karya-karyanya merupakan respon aktif dari kondisi yang terjadi di masyarakat. Di saat terjadi paradoksal masyarakat kota antara paham tasawuf ekstrim dan pola kehidupan hedonistik sekuler, beliau menulis Tasawuf Modern. Di saat terjadi fenomena perseteruan akut antara adat dan agama, dia menulis Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Di saat masyarakat modern lari dari agama mengikuti kehidupan materialistis, beliau menulis Di Bawah Lindungan Ka’bah. Respon terhadap kondisi masyarakat juga diungkapkan ketika sedang merenung di dalam penjara, hingga terlahir karya monumental, Tafsir Al-Azhar. Lebih dari 113 buku yang ditulis dalam berbagai disiplin ilmu Begitulah sosok Buya Hamka yang sangat responsif terhadap kondisi masyarakat. Tokoh besar itu telah tiada, namun karyanya dinikmati hingga kini oleh umat Islam. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Buya Hamka wafat meninggakannama besar dan karya-karya monumental