Thursday, May 29, 2008

PELAJARAN JALANAN 2

Kisah Dua Manusia Super Ibukota tanpa disadari terkadang sikap apatis menyertai saat langkah kaki mengarungi untuk mencoba menaklukan ibukota negeri ini. Semoga kita selalu diingatkan, sekedar berbagi cerita di forum orang -orang super dalam keindahan hari ini. Siang itu 13 Pebruari 2008, tanpa sengaja saya bertemu dua manusia super. Mereka makhluk - makhluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberagan Harmoni, dua sosok kecil berumur kira - kira delapan dan sepuluh tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar - lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan "Terima kasih Om...!" Dan saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka. Kaki - kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan, menyapa seorang laki - laik lain itupun menolak dgn gaya yang sama dgn saya, lagi - lagi sayup - sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka, kantong hitam tempat stock tissue daganggan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan ke arah dalam kantong itu, dua
pertiganya terisi tissue putih berbalut plastik transparan. Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayut di langit Jakarta. "Terima kasih ya Mbak, semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas mereka, tak lama si wanita meronggoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah. "Maaf, ngak ada kembaliaanya. .. ada uang pas nggak Mbak?" mereka menyodorkan kembali uang tersebut, si Mbak menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih besar menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter. "Om boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan...? suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merongoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian Food Court sebesar empat ribu rupiah. "Nggak punya, tungkas saya...!" lalu tak lama si wanita berkata "Ambil saja kembaliannya, dik...!" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya kearah ujung sebelah timur. Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakannya
kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget setengah berteriak ia bilang "Sudah buat kamu saja, gak apa - apa ambil saja...!" namum mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. "Maaf Mbak, cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan.. !" Akhirnya uang itu diterima si wanita tersebut karena si kecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka, uang sepuluh ribu di genggam saya tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan berujar "Om.. tunggu ya, saya kebawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek..!". "Eeeeh.. nggak usah... nggak usah... biar aja..., nih...!" saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak satunya, "Nanti dulu om, biar ditukar dulu... sebentar". "Nggak apa - apa..., itu buat kalian" lanjut saya. "Jangan... jangan om, itu uang om sama Mbak yang tadi juga" anak Itu bersikeras. "Sudah nggak apa - apa.... saya ikhlas, Mbak tadi juga pasti ikhlas!" saya berusaha menghalangi, namum ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat, secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan
berlari ke arah saya. "Ini deh Om .... kalau kelamaan, maaf ya..." ia memberikan saya 8 pack tissue. "Lho buat apa...?" saya terbenggong. . "Habis teman saya lama sich Om.. maaf tukar pakai tissue aja dulu" Walau dikembalikan ia tetap menolak. Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai si kecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribuan. "Terima kasih Om...!" mereka kembali ke ujung jembatan sambil sayup - sayup terdengar percakapan.. .."Duit Mbak tadi bagaimana ya..?" suara kecil yang lain menyahut "Lu hafal kan orangnya, kali aja kita ketemu lagi ntar kita berikan uangnya" Percakapan itu sayup – sayup menhilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribuperasaan. Tuhan .... hari ini saya belajar dari
dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh dan terharu, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra. Mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta tap dengan berdagang tissue. Dua anak kecil yang bahkan belum akil balik, memiliki kemuliaan di umur mereka yang begitu sangat belia. Saya membandingkan keserakahan kita, yang tak pernah ingin sedikitpun berkurang rejeki kita meski dalam rejeki itu sebetulnya ada hak atau milik orang lain.... "Usia memang tidak menjamin kita menjadi bijaksana tapi kitalah yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak" (Disadur dari kisah salah seorang temans di komunitas millist kami)
YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO
ENGKAU HANYA SEMULIA YANG ENGKAU KERJAKAN

BALAK

Bala' atau balak atau bala apalah itu orang menyebut, yang jelas bunyinya balak. Balak yang saya tahu adalah kejadian-2 buruk dan kesialan yang akan menimpa kita. Apakah definisi ini benar belum tentu juga karena hal itu adalah persepsi saya semata. Rekans pembaca juga punya persepsi sendiri dan tentunya bisa jadi berbeda. Ok lah kita tidak mendiskusikan tentang definisi, tetapi saya akan utarakan tentang esensi dari balak tersebut dari persepsi saya. Jika rekans pernah mengalami kejadian kesialan, musibah, bencana, dan kejadian kejadian buruk lainnya tentunya rekans akan senantiasa teringat, dan rekans yang percaya kepada Tuhan, senantiasa akan mengingat dan menyebutnya. Tetapi tatkala rekans sedang dilanda kegembiraan, kesenangan, mabuk kekuasaan biasanya rekans akan lupa dengan Tuhan. Mari kita renungkan benarkah demikian ?? Rekans sendiri yang bisa menjawabnya. Kembali lagi ke Balak. Menurut hemat kami Balak dapat dengan mudah kita hindari sebelum hal itu terjadi. Dari persepsi dan keyakinan saya selama ini Balak yang dirasa akan menimpa kita bisa di hindari dengan berbagai kebaikan yang bisa kita lakukan. 1. Balak dapat kita hindari dengan berbagi kasih terhadap sesama umat manusia. Berbagi kebahagiaan melalui zakat, infaq dan sodaqoh. Logikanya begini, seandainya orang lain merasa senang dengan perbuatan kita maka ia akan berbagi kesenangan juga dengan kita (hal ini adalah kodrat manusia nurani manusia) coba rekans rasakan. Seandainya banyak orang yang merasakan kebahagiaan dari perbuatan kita maka kebahagiaan orang tersebut akan memberikan suasana nyaman dan teduh dalam relung hati dan jiwa kita, hal ini tidak bisa kita lihat tetapi bisa kita rasakan. Bila Rekans tidak percaya silakan coba dan rasakan. 2. Balak dapat kita hindari dengan memperbanyak amal jariyah. Untuk pembangunan Masjid, Mushola, Sekolah dll guna kemajuan bersama. Logikanya gimana kok bisa hayooo. Kira-kira begini dengan terbangunnya tempat-2 tersebut banyak orang yang memanfaatkan dan merasakan kebahagiaan. Banyak orang berkembang ilmunya di sana yang tentunya kedepan orang tersebut akan senantiasa memanfaatkan ilmunya dan merasa senang dapat berkembang. Orang bisa beribadah dengan baik dan nyaman, sehingga senantiasa bisa mendoakan orang lain. Hal inilah yang akan memberikan suasana positive dan menentramkan bagi kita yang senantiasa memberikan rejekinya bagi perkembangan masjid,mushola dan sekolah tsb. Sekali lagi hal ini tidak bisa dilihat tetapi hanya bisa dirasakan, .... anda penasaran ?? Bisa dicoba. 3. Menolong orang yang kesusahan dan terkena musibah. Orang-orang ini sangat membutuhkan pertolongan entah itu harta benda, uang, bantuan jasa dll. Orang yang sangat membutuhkan pertolongan jika kita menolongnya maka orang tersebut akan merasa gembira bahkan sangat gembira yang akan memberikan suasana nyaman dan teduh bagi kita yang memberikan bantuan. Hal inipun nggak akan bisa dilihat mata, tetapi bisa dirasakan dengan hati kita. Ingat rekans hanya hati kita yang bisa merasakan. Saya yakin rekan pernah mendengar petuah dan nasehat untuk hati-hati. Ya ... karena memang hati kita yang kita jaga, kita manage dan kita pelihara dari segala kotoran yang menerpanya. Saya yakin pula nggak ada manusia ini yang hatinya benar-2 bersih kecuali Hanya Nabi Muhammad SAW. namun kita juga harus yakin bahwa kita bisa menjaga kebersihan hati kita. Caranya yaitu bila merasa ada kotoran-2 sedikit cepat-cepatlah dibersihkan. Gimana sih cara membersihkan hati ??? Diantaranya dengan 3 hal tersebut diatas dan dengan banyak2 zikir mengingat Tuhan Alloh SWT. Rekans sekalian saya yakin dengan persepsi saya tersebut rekans. Gimana apakah rekans satu persepsi dengan saya ? Saya yakin bila rekans memperbanyak beberapa hal yang saya sebutkan diatas, maka Balak, kesialan, dll akan bisa dihindari sedini mungkin. Bila rekans bertanya apakah hal tersbut pasti bisa .... nah kalau kepastian saya ndak bisa memastikan, hanya Alloh SWT yang tahu. Allohlah penentu semuanya, tetapi Alloh sudah memberikan gambaran pedoman melaui Al Qur'an dan Sunnah. ................... Wallohu'alam.

PELAJARAN JALANAN

Rekans pernahkan rekans pikirkan bahwa adat sopan santun di jalan raya harus dipelihara dan diterapkan? Sering saya amati ternyata masing-masing orang punya gaya dan perilaku yang khas di jalalanan. Dahulu ... pada saat saya sering mengendarai sepeda motor saya lihat pengendara motor lain lalu lalang dengan berbagai tipe dan gaya. Ada yang tidak memakai helm, atau memakai helm seperti topi yang tidak layak, atau helm standar tetapi tidak dikuncikan padahal helm tersebut berguna untuk melindungi kepala dari benturan seandainya terjatuh atau terjadi kecelakaan. Ada yang berjalan kencang, zigzak, serasa jalan raya kepunyaan diri sendiri. Ada yang naik motor dijalanan sambil akrobat ban depannya diangkat, dan lain sebagainya. Kesemua hal tersebut menujukan jati diri siapa sebenarnya orang itu. Nah rekans terpikirkan nggak bagaimana orang lain disekitar orang itu dengan melihat dan mengamati perilakunya ? Tentunya merasa terganggu dan tidak enak dalam berkendaraan. Jelas sangat mengganggu konsentrasi dan pikiran orang lain. Padahal di jalanan pikiran, perasaan dan tindakan haruslah terjaga dengan kewaspadaan. Apabila tidak demikian maka besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan. Nah bagaimana dengan kondisi ini, ... tentunya sangat tidak diinginkan oleh semua orang. Banyaknya kecelakaan yang terjadi dijalanan menurut perkiraan saya (boleh beda kok) adalah disebabkan oleh terganggungnya konsentrasi pengendara. Entah itu karena perbuatan diri sendiri atau perbuatan pengendara lainnya yang mengganggu konsentrasi orang lain. Demikian juga rekans yang terjadi dengan pengendara mobil. Banyak sekali perilaku yang terjadi. Coba suatu saat rekans amati entah itu di perempatan lampu rambu lalulintas, palang pintu lintasan rel kereta api, jalur menyempit, tanjakan serta tikungan tajam dan lain-sebagainya. Pastilah akan rekans dapati perilaku pengemudi mobil yang bermacam-macam. Ada yang tidak sabar, dengan mencuri jalur kiri, ada yang memaksakan untuk mendahului, dan memotong jalur, ada yang membunyikan klakson dengan keras serta kasar dan lain sebagainya. Hal tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai macam kondisi dari masing-masing pengemudi. Pemerintah dalam hal ini pihak Kepolisian dan Dinas Lalu Lintas Jalan Raya tentunya sudah mengerti betul hal itu. Oleh Karenanya dikeluarkanlah aturan dan rambu-rambu yang harus ditaati pengguna jalan raya. Tujuan dari peraturan tersebut tentunya sangat baik, mengingat untuk memberikan pedoman dan bimbingan bagi banyak orang dengan beragam dan berbagai tipe. Harapannya tentunya akan memperlancar arus lalulintas, memperkecil terjadinya kecelakaan dan memberikan ketentraman bagi pengguna jalan raya lainnya. Nah rekans semua bukannya saya sok pintar dan sok taat dalam hal ini, hanya saja terdapat suatu hal yang unik dan banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dalam mengamati perilaku pengendara kendaraan dijalanan, entah itu ujian kesabaran, kedisiplinan, ketrampilan dan sebagainya. Oleh karenanya mari kita taati aturan jalan raya demi kenyamanan dan ketentraman para pengendara kendaraan bermotor. Semoga ....

BALIKPAPAN-SAMARINDA

Empat Bulan sudah saya berada di kota Balikpapan. Setelah dalam minggu-minggu sebelumnya banyak kegiatan saya yang belum beres, maka pada minggu ini diestimasikan kegiatan saya sudah selesai. Tahukah rekans kegiatan mingguan saya dalam 1 bulan terkahir? Nggak tahukan, makanya saya akan ceritakan. Rekans dalam 1 bulan terakhir ini setiap sabtu dan minggu kegiatan rutin saya adalah membersihkan dan mengecat rumah. Maklum rumah tersebut nantinya akan ditempati oleh keluarga saya, sehingga saya harus mempersiapkannya dengan baik. Kalau menggunakan tenaga tukang, sayang eh .... di balikpapan untuk cat rumah saja ongkosnya mahal. Dari pada ngeluarin duit yang sebenarnya kita juga bisa mengerjakannya kan sayang, kenapa nggak kita kerjakan sendiri, begitu ya rekans ya...yoileh.. padahal maunya pengin ngirit he he he. Jumaat 9 mei saya bertanya sama salah seorang rekans saya, besok liburan enaknya ngapain ya. Kamu ada kegiatan tanya saya ke rekan saya tadi. Nggak katanya. Kalau begitu besok kita main Yuuuk ke Samarinda. Trus naik apa tanya teman saya. Saya bingung juga ke samarinda naik apa. Mau naik bus, takut lama. Mau pakai mobil takut macet, ... alternatifnya ya naik motor. Kebetulan temanku sepakat dan suka naik motor, biar flexible katanya. OK kita sabtu berangkat ya ....... eng ing eng........(mau ke samarinda nih). Sabtu 10 Mei 2008, tepat jam 10.30 kami berdua boncengan naik sepeda motor menuju kota samarinda. Ban sepeda motor sudah kami cek, angin sudah ditambah. Bensin sudah dipenuhin selanjutnya kami langsung tancap gas menuju ring road balikpapan ke arah kota samarinda. Jalanan Balikpapan Samarinda sudah lebar dan halus, tidak ada jalan yang berlobang seperti jalan menuju banjarmasin dan palangkaraya. Jalan Balikpapan Samarainda ini merupakan jalan utama kelas A, jalan lebar dan halus. Sepanjang perjalanan banyak kendaraan roda 4 dan roda 2 lalu lalang, sehingga menjadikan jalur ini jalur yang ramai. Sepeda Motor saya pacu dengan kecepatan standart luar kota saya (80km/jam). Rekans saya karena sudah terbiasa juga luar kota dengan sepeda motor nampak tenang dan menikmati perjalanan. 5 km, 10 km, 30 km berlalu. Pada km30 saya jumpai adanya jalur wisata agro. Sepanjang perjalanan sampai km 30, semula yang saya kira banyak hutan ternyata merupakan jalur perumahan yang cukup padat. Selanjutnya banyak pula dijumpai jalur wisata agro di jalur ini. Memasuki km 50 saya lihat terdapat 2 Rumah makan besar disamping kiri dan kanan jalan, RUMAH MAKAN TAHU SUMEDANG namanya, tepat sebelum memasuki hutan lindung Bukit Suharto. Ke dua rumah makan ini ramai dikunjungi oleh berbagai rombongan baik dari arah Balikpapan ataupun dari arah Samarinda. Saya bertanya kepada teman saya, ntra pulangnya kita mampir ke rumah makan ini ya. Ok katanya. Oh iya rekans dalam jalur ini terdapat satu daerah kawasan perbukitan yang cukup luas dan dipenuhi dengan tumbuhan hutan yang besar dan lebat. Kawasan ini merupakan Hutan lindung yang dinamakan Kawasan Bukit Suharto. Sepanjang kurang lebih 20km dengan kontur naik turun dan lebat dengan pepohonan bukit suharto ini kami lalui. Melewati bukit suharto kami memasuki perkampungan yang asri. Banyak penduduknya yang menjual bunga/tanaman hias di sepanjang jalan. Akhirnya jam 12.30 kami sampai di Samarinda Seberang. Kotanya persis di sepanjang tepian sungai mahakam. Kami susuri kota ini sambil menikmati lingkungan baru disekitar. Sesekali kami berhenti dan bertanya kepada penduduk dan pemilik warung. Akhirnya sampai juga kami ke jembatan mahakan Smarinda yang cukup terkenal. Jembatan ini membelah kota Samarinda menjadi 2. Kami masuki jembatan ini dengan hati-hati mengingat lalulintas padat dan berbarengan dengan Kampanye Pilkada Kalimantan timur. Penuh sesak jembatan ini diseberangi oleh berbagai kendaraan roda4 dan roda 2. Dari tengah jembatan panjang sungai mahakam kami melihat keindahan kota Samarinda. Tampak Masjid Besar Islamic centre tinggi menjulang di pinggir sungai. Tampak Kapal-Kapal sedang berlayar dan membongkar muatan. Tampak Kota Smarinda dari kejauhan, sampai akhirnya kami memasuki kota Samarinda melalui jalan Slamet Riyadi. Kami berhenti dulu, berfoto dan makan siang di RM Ayam Bakar Solo. Sleanjutnya kami beristirahat dan Sholat di Masjid besar Samarinda (Masjid Islamic Center) yang sangat besar, luas dan megah dengan Kubah Emasnya. Saya dan rekans saya sangat takjub dibuatnya, SUBHANALLOH dalam hati saya. Setelah Sholat selesai perjalan kami lanjutkan ke rumah kakak temans saya dari Jogja. Alamatnya ada di Jl. KH Ahmad Dahlan Samarinda. Setelah tanya sana-sini, dan dengan 2 kali tersesat akhirnya rumah tersebut kami temukan juga. Kami bicar banyak dengan kakan teman kami, bayak cerita, banyak canda dan banyak ketawa... maklum rekans kami sudah 18 tahun tidak berjumpa. Satu setengah jam kami bercanda ria, bertukar pengalaman dan perjalanan hidup hingga sama-sama terdampar di pulau Kalimantan. Kami pamit karena hari sudah sore, dan tepat jam 4 sore kami meninggalkan kota Samarinda. Perjalanan lancar hingga sampai di Km 50 kami berhenti mampir di RM Sumedang tadi. Tahuuu sumedang hangat, sambel kecap, cabe rawit dan kopi panas ..... wuiiih sunggu nikmat. Kebetulan akau masih merasa kenyang sehingga tidak pesan makan nasi. Temanku yang sudah kelaparan memesan nasi + ayam goreng tulang lunak. Wuiiih dia makan dengan lahapnya .... lapar kali ya. Sambil istirahat bentar kami habisnya makan dan minum kami, hingga terdengar azan magrib perjalanan kami lanjutkan. Baru 5 km dari Rumah Makan hujan lebat turun. Kami berhenti di sebuah rumah kosong yang sudah ada 3 motor juga berteduh. Sejenak kami mengambil mantel dan memakainya. Perjalanan kami lanjutkan dengan suasana hujan lebat dan gelap sehingga kami andalkan insting dan instuisi jalanan kami yang mengendalikan perjalanan. Tahukah rekans tanpa instuisi tersebut sangat sulit bagi saya menjalankan sepeda motor dalam suasana gelap gulita dan hujan lebat. Pelan tapi pasti sepeda motor berkecepatan 60km/jam terus melaju ke arah Balikpapan. Memasuki Kota Balikpapan, tepatnya di pertigaan arah pelabuhan penyeberangan lalu lintas macet total. kami bergerak lambat dan bertanya-tanya ada acara apa? ... Ternyata hari tersebut adalah malam minggu... jadi pantas saja macet. Memasuki jalan A. Yani dan dalam kota Balikpapan yang dipenuhi kemacatan kami lalui dengan santai. Tepat pukul 7.00 malam hari kami sampai di rumah. Saya antar teman saya ke kostnya dan saya pulang ke rumah.