Friday, April 25, 2008

Uli......Uli.....Uli...... Mak Otto

Pada hari itu minggu sekitar tahun 1980 saya masih kelas 3 SD, kira kira masih berumur 9 tahun. Pagi-pagi saya bangun untuk sholat subuh. Dari kamar tidur buka pintu rumah keluar halaman belakang trus cuci muka, maklum kamar mandi masih di luar halaman belakang rumah. Kamar mandi kami kecil mungil tidak ada jendela dan masih terbuat dari papan kayu. Walaupun demikian saya bersama adik adik selalu merawat dan mengisi air didalamnya. Diluar kamar mandi terdapat sebuah padasan (kata orang jawa), yaitu sebuah tempat air dari tembikar/tanah liat yang digunakan untuk berwudhu. Disampingnya lagi ada sebuah sumur yang pengambil airnya terbuat dari karet (orang jawa bilang dengan kerekan). Kami timba air sumur sambil bersiul siul, rasanya gembira sekali, karena akan pergi main bersama kawan karib. 30 kali timbaan air padasan dan bak mandi penuh, saya ambil air wudhu dan segera sholat subuh. Didalam rumah ibu dan bapak sudah persiapan, mereka menyiapkan memasak air dan menanak nasi. Mereka semua sudah sholat, Bapak segera membereskan halaman rumah depan dan belakang seperti biasanya.Saya bangunkan adik-adik untuk segera sholat subuh. Hari ini adalah hari minggu kataku. Mereka dengan tergesa-gesa segera bangun dan beraktifitas di hari minggu. Biasanya adikku kegiatan hari minggu pagi adalah jalan-jalan bersama teman-2nya. Selesai sholat subuh saya mandi cepet-2 dan segera sarapan pagi. Ibuku yang melihat ketergesaanku curiga. Lho Hid kok buru-2 banget memangnya mau kemana? ku jawab sekenanya, ... mau mainnnn. Sambil berlari kubawa sepeda kecilku, sampai lupa nggak bawa bekal. Sebenarnya kami mau main ke pantai parangtritis. Sebuah pantai yang cukup terkenal di Jogjakarta, dimana jaraknya sekitar 30km. Kami janjian dengan 2 orang sahabat karib saya, Otto dan Agung. Jam 6 pagi mereka sudah menunggu dihalaman sekolah SD pujokusuman 2, sebuah SD yang halamannya luas, bisa untuk bermain bola bagi orang dewasa. SD Kami memang di kompleks sekolah. Ada 4 SD disana masing-masing 1 kelas (SD 1, SD2, SD3, dan SD IKIP), juga terdapat SMP IKIP masing-2 dua kelas. Jadi bisa dibayangkan luasnya area di halaman sekolah kami. Mereka berdua Otto dan Agung sudah menunggu saya dengan sepedanya. Ternyata sepeda Agung rusak, sehingga hanya sepeda Otto yang terbawa. Mereka berdua berboncengan dengan sepeda mininya. Tapi boncengannya tidak ada, sehingga yang dibelakang harus berdiri menginjak besi as roda belakang. Otto dan Agung memang teman baik saya, mereka berdua menepati janji untuk main ke pantai parangtritis bertiga. Tapi rekans mereka ternyata tidak bawa bekal apa-apa. Saya heran kok nggak bawa bekal, ... nggak papa kata Otto. OK Akhirnya kami berangkat tepat jam 06.00 pagi. Dengan sepeda kecil kami susuri jalan parangtritis. Kukayuh sepeda kecilku dengan kuat, kejar-kejaran bersama sepeda Otto. Bila Capek Otto dan Agung bergantian posisi.... terus demikian hingga kami sampai di kira-2 km 20. Otto didepan saat itu berboncengan dengan Agung. Kami berhenti tepat di pertigaan Kretek. Kretek adalan salah satu nama daerah di dekat pantai parangtritis Kab. Bantul DIY. Papan Plang Petunjuk jalan di pertigaan itu mengabarkan, lurus ke Parangtritis, Kanan ke Pantai Samas, sedangkan kami dari arah kota jogjakarta. Tiba-tiba kami berubah pikiran, Otto berteriak .... Yuk kita ke arah Pantai Samas saja Yuk. Dengan Kompak kami nggak ada yang menolak .... Akuuur. Lantas kami belok kanan menuju pantai Samas. Rekans tahukah jalan itu, dengan stil yakin kami yang belum pernah melalui daerah itu melaju dengan sepeda mini kami. 2 km Berlalu ternyata daerah tsb adalah daerah padang ilalang atau Bulak (bahasa jawa). Jalannya masih jalan makadam dan berbatuan, sehingga tidak nyaman dengan sepeda kami. Berkali-kali Otto dan Agung mengeluh kakinya sakit. Saya semangati mereka untuk terus saja jarak pantai makin dekat, setelah sampai pantai nanti bisa istirahat penuh. Dengan semangat kami kayuh lagi sepeda kami. 3 km, 4km, 5km, terus hingga +/- 10km kami melalui padang ilalang (mbulak) tersebut. Suasana panas membuat kerongkongan kami kering. Kami nggak bawa minum sama sekali. Ditengah keputusasaan Otto rekans kami (sambil memboncengkan Agung) berteriak Uli ....... Uli ...... Ulii ...... seperti suara sirine mobil ambulance. Demikian terus Otto berteriak Uli ....... Uli ...... Ulii ...... terus demikian hingga kami sampai didaerah yang teduh dengan beberapa rumah penduduk. Lantas kami mampir sebentar kesalah satu rumah penduduk dan minta minum air sumur. Kami bertiga hampiri sumur tersebut dan menimba airnya untuk diminum langsung. Gluk .... Gluk ....Gluk .....Gluk ...... kami bertiga puas minum air, hingga rasa dahaga kami hilang. Kami lanjutkan perjalanan kami lagi hingga sampai pantai samas. Ternyata pantai Samas cukup indah juga, karena kami bertiga baru kali itu melihatnya, lantas kami main air dan mandi di pinggir pantai. Ada beberapa orang pedagang jajanan dan minuman disana. Namun tak seorangpun dari kami bertiga yang membeli jajan, karena kami memang tidak membawa bekal yang cukup. Setelah puas main di Pantai kami pulang melalui jalur yang sama. Kali ini setelah melewati padang ilalang/bulak sepanjang 10 km tadi kami bertiga berteriak Uli ....... Uli ...... Ulii ...... sambil tertawa keras. Kami berteriak sekencang-kencangnya karena memang daerah itu tidak ada orang dan rumah penduduk. Puas kami berteriak hingga 10km padang ilalang terlewati dan sampailah kami di jalan aspal halus menuju kota Jogjakarta. Pelan-pelan kami kayuh sepeda kecil kami hingga sampai di Halaman Sekolah SD kembali. 40km sudah kami lalui dengan menggunakan sepeda kecil kami. Kami bertiga istirahat sejenak sambil jajan Es Degan di Warung Langganan Kami . Minum Es Degan Segar .... tersa mak Nyusss di tenggorokan. Dengan kelelahan yang sangat, kami bercerita dan berbincang bersama penjual Degan yang geleng-gelengkan kepala. Puas Istirahat dan rasa haus mulai hilang kami bertiga pulang ke rumah masing-masing. Malam harinya baru terasa pegal dan linunya tubuh. Tanpa menunggu komando sehabis Isyak saya langsung tidur pulas hingga bangun keesokan harinya. Otto, Agung bila kau ingat perjalanan ini pasti terkesan. Sampai jumpa sahabat dilain kesempatan.

Wednesday, April 23, 2008

BULAN TERNYATA ADA TIGA

Bulan dalam lintasan kita adalah benda langit yang mengitari bumi dan bersama bumi mengitari matahari. Itu adalah pelajaran yang kita dapat dari sekolah untuk definisi bulan. Bulan akan muncul di malam hari, karena cahaya matahari tidak ada dan bulan memantulkan cahaya tersebut ke bumi, sehingga tampaklah bulan oleh kita. Bulan sangat indah dimalam hari apalagi saat purnama tiba. Jika malam purnama kita keluar rumah atau bermain di kawasan pantai dan kawasan pegunungan, maka akan terasa indahnya suasana malam purnama dan tenteramnya dunia. Bulan yang indah itu dahulunya pernah terbelah menjadi 2 bagian. Rekans ingat jaman Nabi Muhammad diminta oleh kaum kafir untuk menunjukan bukti kenabiannya. Maka dengan kekuasaan Alloh Nabi muhammad bisa menunjukan bukti kenabiannya dengan membelah bulan menjadi dua seperti permintaan kaum kafir. Namun tetap saja walaupun bukti telah ada kekafiran mereka sedikit yang terbuka, sehingga sedikit yang mau mengakui kenabian nabi Muhammad saw dan mengakui ketuhanan Alloh YME. Bila malam tiba saya kecil dulu selalu di temani orang tua saya. Sehabis magrib dan makan malam saya kecil (Pra TK s/d SD) selalu dinina bobokan oleh orang tua saya, bergantian ayah dan ibu. Mereka selalu bergantian memberikan nasehat melalui cerita-cerita yang menarik. Cerita-cerita tersebut sampai sekarang masih saya ingat dan akan saya teruskan kepada anak-anak saya kelak. Saya beserta adik-adik saya (3orang) dari waktu ke waktu pasti diberikan nasehat oleh orang tua menjelang tidur. Kemasan cerita orang tua cukup menarik, terutama cerita hewan, dongeng dan cerita para nabi. Sangat banyak cerita yang kami dapatkan dari mereka berdua. Namun sayang kami bersaudara berbeda dalam menyikapi didikan/nasehat/dan cerita orang tua mulai dari kecil tersebut. Saya terkesan dengan nasehat dan cerita-cerita mereka berdua, terutama cerita kehidupan masa kecil orang tua saya. Saya sangat ingat mulai kami kecil (setelah bisa mengingat) hingga kelas 3 SD selalu ditemani dan diberikan cerita pada saat akan tidur. Bagi kami sekarang mengenang suasana itu sungguh suatu amalan yang mulia dari kedua orang tua saya. Bagaimana mereka masih bisa memberikan nasehat, arahan dan bimbingan terbaiknya mulai dari bangun tidur hingga menjelang anak-anaknya tidur. Bagi kami kedua orang tua laksana seperti bulan yang terang cahanya di malam hari. Sangat menentramkan dan menengkan jiwa kami. Suasana malam hari bagi kami laksana terdapat 3 buah bulan di bumi ini yang sinarnya sama-sama terang, terang benderang, enak dipandang, enak dirasa hingga masuk ke dalam sukma. Adakah orang tua yang seperti itu ? mungkin barangkali ada bahkan lebih dari itu. Tetapi bagi saya Ayah Ibu saya, orang tua saya adalah yang terbaik di bumi ini. Mereka adalah jawara nomor satu, tiada tandingan di dunia ini. Teruslah bersinar 3 bulanku

Tuesday, April 22, 2008

PENGEPUL MELINJO

Mlinjo adalah buah yang sangat erat ditelinga kebanyakan orang, jarang yang belum pernah dengar buah melinjo. Apalagi anda adalah penggemar emping, tapi awas ya bagi yang sudah terindikasi asam urat segera mengurangi konsumsi ini, bisa kumat sakitnya. Suatu saat pada hari libur saya bertemu dengan 2 orang anak kecil kira-2 usia 7-8th yang menenteng sekantong plastik buah melinjo. Mlinjo yang sudah dikupas dan kelihatan warnanya coklat tua, bahkan ada yang sudah menghitam. Saya hampiri anak tersebut dan bertanya, dik mau diapakan buah melinjo itu. Kedua anak tersebut serentak menjawab, mau dibawa kepasar pak, mau dijual lumayan uangnya buat membantu orang tua. Jawaban tadi menarik sekali buat saya, sehingga saya ajak mereka berdua ngobrol banyak seputar buah melinjo. Memang adik rumahnya dimana? kata 2 orang anak kecil tadi rumahnya di kampung belakang perumahan Bukit Damai Indah, sekitar 2 km dari pasar. Memangnya adik rutin ya membawa melinjo ini, kok ingin membantu orang tua tanya saya. Iya katanya, setiap hari kami berdua selalu bangun pagi dinihari, sehabis sholat subuh kami cepat cepat keluar rumah mencari buah melinjo yang jatuh dari pohon, sebelum halaman pohon itu berada dibersihkan oleh si empunya. Ada banyak pohon melinjo disini sehingga kami dan rekan-2 kami setiap hari selalu mengambilnya. Oooo ... begitu, ternyata banyak ya temannya yang berprofesi sebagai pengepul buah melinjo di pagi hari kata hati saya. Memangnya berapa lama adik ngumpulin buah melinjo sampai sekantong pelastik begini. Ya .... kira-2 tiga mingguan, itu kalau rejeki kami duluan yang mengambilnya, soalnya kalau sudah kedahuluan rekans kami ya kami nggak dapat. Sekantong plastik bisa mendapatkan uang berapa dik? tanya saya. Mereka berdua saling pandang kemudian menjawab serentak nggak tentu Pak. Lho kenapa tanya saya lagi. Kadang para pembeli pembuat emping membelinya tergantung harga emping turun naik, kadang Rp.10.000,- kadang nggak nyampai dan kadang lebih. Jadi rata-2 adik berdua dalam 3 mingguan tadi mendapatkan uang Rp. 10.000,-. Iya jawab mereka. Lumayan kan Pak untuk membantu orang tua, paling tidak bisa untuk membeli buku sekolah. Jadi tiap hari adik bangun pagi dan sehabis sholat subuh adik berdua mencari buah melinjo. Betul Pak, walaupun begitu kami suka dan yang penting halal, bisa membantu orang tua kata mereka. Setelah dirasa cukup obrolan tadi, sambil menyalami adik berdua itu saya berikan beberapa lembar uang secukupnya. Mereka tadinya tidak mau menerima walaupun akhirnya mau juga, sambil mengucap terimakasih mereka berlalu. Rekans sekalian, sungguh saya terharu melihat hal itu. Terdapat banyak pelajaran bagi diri saya dari 2 orang anak kecil pengepul buah melinjo tersebut. Mereka berdua setiap hari pasti bangun pagi, pasti sholat subuh, pasti bekerja giat, dan pasti mempunyai rasa sayang luar biasa terhadap orang tuanya. Terimakasih adik, kalian berdua sudah memberikan pelajaran berharga buat saya. Semoga saya termasuk golongan orang yang menjaga sholat, berbakti kepada orang tua dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dibebankan kepada saya. Terimakasih adik, semoga kelak kita berjumpa dalam kondisi yang lebih baik lagi.