
Dalam Ekspedisi puncak lawu okt 2005, temanku h_sumanto jadi ikon ekspedisi ini. Dengan semangat 45 pantang menyerah, ribuan bukit, ribuan meter tanjakan > 45 derajad dilaluinya dengan mulus, walau kondisi badannya sakit. Ternyata semangat mengalahkan segala rintangan, hingga akhirnya sampai di puncak kebahagiaan. Selama 3 hari 2 malam, tim ekspedisi kami nwteam menapak punggung gunung lawu. Lewat jalur Jogorogo (Srambang) tim kami mulai mendaki. Dengan berbekal 4 orang yang sudah pernah melalui jalur yang sama, kami still yakin dengan semangat 45 berjalan mendaki dengan cepat . Selang 1,5 jam perjalanan dihadapkan pada pilihan jalur pendakian yang meragukan. Atas insting 2 orang tim kami, kami pilih jalur lurus, ternyata jalur ini adalah jalur salah, yaitu jalur orang-orang pencari kayu + kayu bakar. Selang 2 jam perjalanan baru kami ketahui kalau jalur ini adalah jalur yang salah. Pendakian dimulai pukul 9.00 pagi, hingga kita mengikuti jalur salah itu. Sampai jam 17.00 sore hari jalan yang kita lalui berhenti. tidak ada jalur sama sekali. Dengan ketetapan hati, kami putuskan untuk terus mendaki walaupun dengan membuka jalan sendiri. Dengan di komandani 4 orang rekan tim ekspedisi yang cukup handal kami babat ilalang dan pohon-2 untuk terus mendaki, dan mendaki. Pertengahan malam hari sampailah kami di daerah padang rumput dan perdu, yang menunjukan puncak semakin dekat. Terus saja kita daki dengan bekal yang masih ada. Padang rumput dan pinus kita lalui hingga matahari terbit. Tibalah kita pada daerah yang banyak ditumbuhi pinus dan bunga aedelweis, bunga kebahagiaan gunung. Namun demikian kami sudah kehabisan bekal air minum, sehingga kami semua menahan dahaga yang sangat. Jam 12.00 siang baru kami menemukan jalur yang semestinya, yaitu sampai di pos 4. Di pos 4 ini kami benar-2 merasa gembira karena sudah mengikuti jalur pendakian yang benar. Disini kami istirahat sebentar dan melakukan sholat dhuhur bersama. Selanjutnya kami lanjutkan perjalanan dengan membagi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang masih dalam kondisi fisik terkuat (Syamsul, Munawar, P Harto, yadi jgo), selang berikutnya disusul kelompok (Yadi, Pras, Agung, ... lupa namanya), kelompok terakhir yang meninggalkan pos 4 adalah wachid, h_sumanto, angga. Kami berjalan sekuat tenaga dengan menahan dahaga yang sangat. Bulak Peperangan kami lewati, namun .... angga hampir saja tidak kuat menahan dahaga dengan dehidrasi yang dideritanya. H_sumanto demikian dengan cedera kakinya, pelan tapi pasti kita lalui bulak peperangan, hinggaq kami tiba disuatu daerah hutan pinus dengan banyak anggrek gunung. Kami menemukan tas plastik kecil yang berisi anggrek tsb, kemudian Syamsul datang dengan membawa 3 botol aqua 1 literan yang berisi air. Ternyata syamsul dkk rombongan 1 sudah sampai dipuncak, kemudian dengan semangat kebersamaan turun lagi dengan membawa bekal 3 botol air aqua 1 literan. Disini kami istirahat sebentar sambil memasak mie rebus. Kami isi perut kami (wachid, h_sumanto, angga, syamsul dan prast) secukupnya. Setelah dirasa segar kami lanjutkan perjalanan, dipertengahan perjalanan kami menemukan anggrek gunung yang sangat cantik, berwarna merah, hijau, dan kuning. Anggrek tersebut diambil oleh prast dari atas pohon yang cukup rendah. Selanjutnya kami meneruskan perjalanan. Hampir mendekati pasar dieng, kami bertemu dengan rombongan dari Sragen, yang dengan sigap dan cepat terus mendaki. Kami mengikuti dibelakangnya, hingga kami menemukan rekans kami rombongan 2 (Yadi, Agung, ... lupanamanya) sedang beristirahat. Mereka tampak letih dan kehausan karena memang belum mendapat air. Mereka selanjutnya kita berikan air yang dibawa oleh syamsul tadi. Setelah cukup dalam istirahat dan minum, kami lanjutkan perjalanan hingga pasar dieng, dan sampailah kami di puncak lawu sekitar jam 15.00 sore hari. Selanjutny kami tengok sebentar peninggalan prabu ..... kemudian kami mendatangi warung untuk makan ,minum dan istirahat secukupnya selanjutnya berfoto bersama. Dalam waktu sebentar setelah makan, minum dan istirahat terasa tenaga sudah pulih, sehingga sehabis magrib kami putuskan untuk turun melalui jalur cemoro sewu, karena jalur ini adalah paling dekat dan tidak rawan tersesat (Ada pemandu berupa Tower TV di lokasi cemoro sewu yang terlihat dari atas). Dalam perjalanan kami bertemu dengan beberapa rombongan pendaki. Sampai di pos 5 jalur cemoro sewu kami istirahat sebentar dan dilanjutkan perjalanan kembali. Sesampai di pos 4 kami istirahat lagi dan rombongan dibagi lagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 adalah kelompok terkuat fisiknya (P Harto, Munawar, Yadi JGO, ... lupa), Kelompok 2 (Angga, Prast, Agung), Kelompok 3 (wachid, h_sumanto,syamsul,yadi). mulai pos 4 sampai pos 1 kami bertiga bergantian untuk membantu menyangga h_sumanto karena cedera kaki, akhirnya dengan bergantian kami sampai juga di pos 1 pada subuh pagi hari , dari sini karena jalanan setapak sudah mendatar maka h_sumanto bisa jalan sendiri tanpa bantuan kami, hingga sampai di pos cemoro sewu sekitar jam 05.30 pagi. Selanjutnya kami makan, minum dan istirahat secukupnya. Disini kami sudah ditunggu oleh tim penjemput (joko, kamto). Setelah dirasa cukup kamipun kembali ke Jogorogo, Ngawi dan Madiun pada pukul 06.30. Selama dalam perjalanan ternyata komunikasi yang bisa dipakai adalah Fren (full perjalanan pendakian), Tsel (Sampai pertengahan pendakian), Flexi (Sepertiga pendakian), Mentari (Pertengahan pendakian)....Sampai di Ngawi-Madiun ..... eeeeee ternyata angrrek kita hilang satu tas plastik yang bagus-bagus ........... Dengan gembira kami bisa mengulas kembali kisah pendakian nwteam ini, dimana h_sumanto menjadi ikon perjalan ..... selamat Pak h_sumanto you are the champion ...




